Perempuan dan Anak Sumber Kebangkitan Pembangunan Aceh

Perempuan dan anak memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan Aceh pasca bencana dan tsunami beberapa tahun yang lalu. (Foto: acehvideo/Ferdian)

AV – Banda Aceh: Perempuan dan anak memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan Aceh pasca bencana dan tsunami beberapa tahun yang lalu.

Menteri PP dan PA, Yohana Yembise, mengatakan sikap gotong royong dan bahu-membahu antara kaum laki-laki dan perempuan terlihat jelas dalam pembangunan di berbagai sektor di Aceh, salah satu contohnya ialah KUKM dengan penguatan ekonomi kerakyatan. Hasil kerajinan tangan khas Aceh dan kedai kopi Aceh terbukti telah meningkatkan roda perekonomian daerah.

“Kementerian PP-PA sebagai leading sektor pembangunan harus mampu memberikan kontribusi strategis untuk membawa perubahan yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Oleh karena itu, kami menginisiasi kegiatan Diplomatic Tour 2016 yang merupakan event yang pertama kali diselenggarakan oleh Kementerian PP-PA, didukung oleh Kementerian Luar Negeri dan Pemerintah Aceh,” katanya

Yohana menjelaskan, pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak merupakan salah satu prioritas pembangunan. Bahkan, sejak 2016 Kementerian PP-PA telah menetapkan prioritas ke dalam program unggulan Three Ends.

“Ini merupakan prioritas utama ialah mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak , lalu mengakhiri perdagangan orang kemudian mengakhiri ketidakadilan akses ekonomi bagi perempuan,” sebutnya.

Menurutnya, guna mewujudkan hal tersebut, ia telah melakukan berbagai upaya Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender (PUG) dan Pengarusutamaan Hak Anak (PUHA) dalam bentuk model-model agar dapat lebih mudah dipahami dan lebih dirasakan oleh masyarakat.

Adapun upaya yang akan ditindak lanjuti, ialah pengembangan model Industri Rumahan (IR), Bina Keluarga Tenaga Kerja Indonesia (BK-TKI), pengembangan model Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) dan berbagai strategi kampanye.

“Diantaranya Jelajah Nusantara Three Ends, kampanye Berlian (Bersama Lindungan Anak), dan kampanye SETARA juga dilakukan agar semakin banyak masyarakat terjangkau informasi tentang perlindungan perempuan dan anak, serta pemenuhan hak anak,” lanjutnya.

Yohana juga berharap para Duta Besar yang hadir dalam acara Diplomatic Tour 2016 di Hotel Hermes, Banda Aceh dapat melihat secara langsung upaya pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di Aceh melalui serangkaian kegiatan field trip yang telah direncanakan sehingga dapat terwujud kerjasamanya.

“Kerjasama itu baik yang dilakukan melalui skema bilateral, multilateral maupun triangular untuk kemajuan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di Aceh. begitu juga di seluruh Indonesia pada umumnya,” pungkasnya.

Acara Diplomatic Tour 2016 dengan tema “Kemajuan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Aceh” dihadiri juga oleh seluruh Duta Besar negara sahabat guna meningkatkan gambaran secara utuh mengenai Aceh, khususnya capaian kinerja pemerintah dan masyarakat Aceh dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. (FD)