Merawat Tradisi Lewat Tari Seudati

Tari Seudati (Foto: Hendra)

Aceh terkenal dengan kebudayaan dan kesenian yang telah mendunia.  Salah satunya adalah Tari Saman yang sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia tak benda. Namun, ada satu tari tradisional Aceh yang masih melegenda hingga sekarang, yaitu Tari Seudati.

Jika dahulu Tari Seudati dipertunjukan keliling desa, kini Tari Seudati sudah menjadi pertunjukan panggung. Seperti yang akhir-akhir ini digencarkan Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata lewat Festival Tari Seudati.

Pertunjukan Tari Seudati  diperkenalkan kembali kepada generasi penerus. Dahulu,  tari ini hanya dijadikan sebagai wadah penyiaran Islam.

Saat ini dari sekian banyak penari Seudati, hanya sedikit terlihat penari dari kalangan anak muda. Mereka tetap bersemangat untuk merawat tradisi kesenian dari nenek moyang.

“Saya sebagai anak muda dari kalangan milenial, harapannya Seudati ini dilestarikan oleh semua masyarakat. Saat ini kita bisa melihat, yang menari Sudati ini, semuanya usianya hampir se-usia ayah saya. Saya berharap Seudati ini harus ada regenerasi, jangan sampai punah,” kata Fadlan Aulia, seorang penari Seudati dari kalangan anak muda.

Tari Seudati dimainkan oleh geneerasi muda. (Foto: Hendra)

Kini sudah saatnya seluruh masyarakat untuk selalu menjaga dan mengembangkan serta mengangkat eksitensi seni budaya Aceh. Ini bukan saja tugas pemerintah semata, tapi ini adalah tugas kita bersama masyarakat Aceh.

“Apresiasi dunia luar terhadap seni budaya  Aceh perlu terus dipertahankan oleh pelaku budaya, agar dapat selalu mengembangkan karya dan bangga dengan kebudayaannya,” kata Kepala Bidang Bahasa dan Seni, Nurlaila Hamjah, saat membuka Seudati Art Festival 2023.

Disbudpar Aceh terus memfasilitasi penyelenggaraan acara festival kesenian untuk memberi ruang kepada pelaku seni dalam menunjukkan karya-karya terbaik.

“Menambah pengalaman bersosialisasi, melatih kerjasama dan memberikan apresiasi terhadap karya seni serta menjadi stimulus untuk terus berkarya,” tambahnya.

Tari Saudati (Tangkapan Layar Youtube Disbudpar Aceh)

Tari Seudati memang tidak sepopuler Tarian Saman yang sudah mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya dunia tak benda.  Namun Tari Seudati masih melegenda hingga sekarang karena syair Bahasa Aceh yang dilantunkan oleh Syeh berisi pesan kerohanian dan adab sopan santun dalam bermasyarakat.

Satu grup penari Seudati biasanya berjumlah delapan hingga sepuluh orang yang memiliki peran masing-masing. Ada yang bertindak sebagai penyair atau Syeh. Penari Seudati identik dengan pakaian berwarna putih, yang dilapisi kain songket dan rencong Aceh.

Tari Seudati memiliki karakter kepahlawan, kekompakan dan ketegasan gerak tari yang hanya dilakukan oleh pria.

Tarian ini tidak menggunakan alat musik eksternal,  melainkan membunyikan petikan jari, hentakan kaki, tepukan di dada serta syair-syair yang dilantunkan oleh dua penyair.

Seudati merupakan salah satu kesenian yang masuk dalam warisan budaya nasional pada tahun 2014. Tarian ini akan terancam punah jika tidak terus dilestarikan oleh para generasi penerus. Butuh keahlian khusus untuk melahirkan Syeh, yang melantunkan syair-syair dalam Tari Seudati.

Kadisbudpar Aceh Almuniza Kamal mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk terus melestarikan budaya yang diwariskan kepada Aceh agar tidak punah. [HS]

Berita Lain: