Jurnalis yang Dipenjara di Seluruh Dunia Capai Rekor Baru

Jumlah jurnalis yang dipenjara di seluruh dunia telah mencapai rekor baru, menurut penghitungan tahunan oleh pengawas kebebasan pers, Reporters Without Borders (Reporters Sans Frontieres atau RSF

AV-Jakarta: Sedikitnya 533 orang profesional media dipenjara pada tahun 2022. Bahkan jumlah ini naik dari 488 orang pada tahun lalu. Penghitungan tahunan ini dilakukan oleh pengawas kebebasan pers, Reporters Without Borders (Reporters Sans Frontieres atau RSF).

Mereka mengatakan jumlah jurnalis yang dipenjara di seluruh dunia telah mencapai rekor baru berdasarkan tinjauan kebebasan pers tahunan RSF yang diterbitkan pada Rabu (14/12).

“Lebih dari seperempat dari mereka dipenjara selama setahun,” kata pengawas yang berbasis di Paris yang telah menerbitkan penghitungan tahunan sejak 1995.

Lebih dari setengahnya dipenjara hanya di lima negara yakni Tiongkok, yang tetap menjadi penjara jurnalis terbesar di dunia dengan total 110 orang, diikuti oleh Myanmar 62 orang, Iran 47 orang, Vietnam 39 orang dan Belarusia 31 orang.

Tindakan keras protes Iran telah membantu mendorong jumlah jurnalis yang dipenjara di seluruh dunia ke rekor tertinggi, menurut temuan organisasi itu.

Di antara 47 jurnalis yang saat ini berada di penjara di Iran, 34 telah ditangkap sejak protes pecah pada September atas kematian Mahsa Amini, 22 tahun, yang ditangkap karena melanggar aturan berpakaian ketat negara itu.

Iran satu-satunya negara yang tidak termasuk dalam daftar tahun lalu, kini menjadi salah satu dari tiga negara dengan tahanan media terbanyak, di samping Tiongkok dan Myanmar.

Tiongkok memiliki pekerja media terbanyak di penjara, menurut RSF. Termasuk Hong Kong, 110 pekerja media ditahan di sana.

Di Myanmar, jurnalisme secara efektif merupakan tindak pidana sejak kudeta militer pada 2021, dengan 62 jurnalis saat ini dipenjara, kata RSF.

Delapan belas pekerja media, termasuk delapan dari Ukraina, saat ini dipenjara di Rusia, di mana semua media independen dilarang,

“Rezim diktator dan otoriter mengisi penjara mereka lebih cepat dari sebelumnya dengan memenjarakan jurnalis,” kata Christophe Deloire, sekretaris jenderal RSF, dalam sebuah pernyataan.

Hanya sepertiga dari pekerja media yang dipenjara di seluruh dunia yang telah dihukum. Dua pertiga sisanya berada di penjara tanpa pengadilan.

“Beberapa dari mereka telah menunggu persidangan mereka selama lebih dari 20 tahun,” tulis RSF.

Lima puluh tujuh jurnalis tewas, sebagian karena perang di Ukraina, naik dari 48 dan 50 dalam dua tahun terakhir.

Delapan wartawan tewas melaporkan perang, lima dari mereka dari negara-negara non-kombatan.

RSF mengatakan hampir 80 persen profesional media yang terbunuh di seluruh dunia pada tahun 2022 sengaja menjadi sasaran sehubungan dengan pekerjaan mereka atau cerita yang mereka liput, seperti kejahatan terorganisir dan kasus korupsi.

Jumlah jurnalis wanita di penjara juga merupakan yang tertinggi sepanjang masa di seluruh dunia, meningkat dari 60 menjadi 78 sejak 2021, sebagian besar karena semakin banyak yang memasuki profesi tersebut.

LSM tersebut menganugerahkan Hadiah untuk Keberanian pada hari Senin kepada jurnalis Iran Narges Mohammadi, yang telah berulang kali dipenjara selama dekade terakhir.

Tiga perempat jurnalis yang dipenjara terkonsentrasi di Asia dan Timur Tengah, kata RSF.

Deloire mengatakan rekor baru tersebut menegaskan kebutuhan mendesak dan mendesak untuk melawan pemerintah yang tidak bermoral ini dan untuk memperluas solidaritas aktif kami kepada semua orang yang mewujudkan cita-cita kebebasan jurnalistik, kemandirian, dan pluralisme. (aljazeera/red)

Berita Lain: