Ini Daftar Kontroversi Desainer Indonesia yang Bikin Tas dari Tulang Manusia

(Foto: dok pribadi)

AV-Jakarta: Arnold Putra dikenal sebagai salah satu desainer asal Indonesia dengan selera mode tinggi. Kini pria nyentrik itu kembali jadi perbincangan masyarakat. Namanya terseret dalam temuan sebuah paket yang diduga berisi organ tubuh manusia.

Kepolisian Brasil menyelidiki pengiriman paket yang diduga berisi potongan tubuh manusia. Paket tersebut telanjur dikirim ke Singapura. Pihak kepolisian menyebut penerima organ manusia diduga influencer dan Desainer Arnold Putra.

Pria kelahiran Jakarta pada 1995 itu kerap menghebohkan Indonesia. Bahkan beberapa kali ia melakukan hal-hal kontroversial terkait busana rancangannya.

1. Desain tas dari tulang belakang manusia

Pada 2016 lalu, publik dihebohkan dengan tas tangan rancangan Arnold yang diketahui terbuat dari tulang manusia dan lidah buaya. Hal itu diketahui dari keterangan unggahan Arnold pada 26 September 2016 lalu.

“(Tas keranjang dari lidah buaya. Pegangan tas terbuat dari seluruh tulang belakang anak yang menderita osteoporosis. Koleksi: Amitayus, dibuat di Los Angeles) Alligator Tongue Basket Bag. Handle made of an entire child’s spine who had osteoporosis. Collection: Amitayus, Made in Los Angeles,” tulisnya.

2. Menukar barang palsu dengan suku pedalaman

The Unconventional turut menyoroti Arnold yang kerap menemui berbagai suku pedalaman dunia. Desainer tersebut mencoba untuk menukar barang-barang mewah dengan barang-barang ‘berharga’ bagi suku-suku paling konservatif di dunia. Aktivitas dan beberapa cerita Arnold dengan suku-suku pedalaman tersebut turut dibagikan lewat media sosial Instagram miliknya.

Namun, akun Twitter SuperiorGab menulis bahwa barang-barang merah yang ditukarkan Arnold kerap kali merupakan barang palsu. Walaupun begitu, belum ada pernyataan lebih lanjut dari Arnold terkait hal tersebut.

3. Datang ke Paris Fashion Week dengan seragam serupa Pemuda Pancasila

Pada Paris Fashion Week 2022, Arnold tampil dengan sensasional dengan tampilan ala Pemuda Pancasila. Sebuah setelah jaket loreng kemerahan, celana kargo, t-shirt hitam, hingga rompi kulit Balenciaga membuatnya kembali dibicarakan publik.

Terdapat pula tulisan “Pemuda Pancasila” serta logo mirip ormas PP di bagian dada. Atas busana tersebut, Ketua Satuan Pelajar-Mahasiswa Pemuda Pancasila mengapresiasi busana tersebut karena disebut membawa ideologi Pancasila mendunia.

Diketahui, terdapat tiga plasenta manusia yang dikirim dari Manaus, Brasil ke Singapura. Polisi pun melakukan penggerebekan laboratorium di Amazonas State University (UEA), di Kota Manaus.

Menurut penyelidikan awal setelah polisi menggerebek laboratorium di Amazonas State University (UEA), tersangka utama adalah seorang profesor anatomi di kampus tersebut.
“Laboratorium anatomi melakukan ekstraksi cairan tubuh,” demikian bunyi pernyataan polisi.

Organ-organ manusia diawetkan dengan metode plastinasi, yang mana bahan-bahan seperti silikon dan epoksi digunakan sebagai pengganti cairan dan lemak tubuh agar organ tetap awet.

Dalam sebuah pernyataan, pihak kepolisian Brazil mengungkap, ada indikasi paket berisi tangan dan tiga plasenta manusia dikirim dari Manaus, Brazil ke Singapura.

Sementara itu, profesor laboratorium yang terkait kasus ini masih menjalani penyelidikan lanjutan oleh pihak berwenang.

Jika terbukti bersalah dalam tindak perdagangan organ manusia, hukuman penjara delapan tahun sudah menantinya.

Vice World News juga sempat mengonfirmasi kantor Imigrasi Singapura atas dugaan perdagangan organ ini. Namun, saat itu Arnold mengungkap tulang tersebut ia dapatkan secara legal dan bersertifikat di Kanada.

Pihak Vice World News juga melakukan konfirmasi kepada kantor Imigrasi Singapura atas dugaan perdagangan organ ini, dan melakukan penyelidikan tujuan kedatangan Arnold ke Singapura.

Jika benar adanya kasus ini, pihak terkait telah melanggar UU Perdagangan Manusia dengan penjualan organ untuk tujuan komersial tanpa izin dan ancaman hukuman maksimal delapan tahun penjara, menurut hukum Brasil. (RED)

Berita Lain: