Bahu Membahu Tanam Bakau di Area Bekas Tsunami

AV – Banda Aceh: Ratusan mahasiswa Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh dan masyarakat setempat bahu membahu menamam pohon bakau (mangrove) pada kawasan bekas terjangan tsunami di wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar.

Kasi Bina Usaha dan Pertahanan Sosial, Faisal saat menemani mahasiswa Unsyiah, mengatakan penanaman mangrove di pesisir pantai sangat berguna terutama mencegah abrasi dan juga melindungi boita laut.

“Pohon mangrove kuat, bisa mencegah abrasi dan melindungi biota laut yang hidup di dalamnya, karena memang di mangrove itu habitatnya,” kata Faisal di Gampong Alue Naga, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, Sabtu (22/4).

Dalam rangka memperingati hari bumi, pihaknya mengajak mahasiswa guna melakukam penanaman sebanyak 1.500 batang bibit mangrove. Meski demikian, masyarakat setempat juga ikut berpartisipasi dalam menyukseskan penanaman mangrove tersebut.

“Sama-sama melakukan penanaman mangrove berdasarkan kesepakatan menteri lingkungan hidup dengan menristekdikti, jadi tindaklanjut juga antara dirjen PDASHL kemenLHK dan Unsyiah. Oleh karena itu, keterlibatan mahasiwa juga bagian dari sosialisasi terhadap pentingnya menjaga lingkungan,” sebutnya.

Ia menambahkan, kedepan kegiatan seperti ini akan terus di galakkan dan budidayakan agar menumbuhkan kesadaran seluruh lapisan masyarakat terhadap penanaman pohon.

“Dengan adanya penanaman ini, kita tingkatkan budidayakan dan kesadaran masyarakat terhadap penanaman pohon yang ada di pesisir pantai. Khususnya tanaman mangrove, cemara guna mementengi abrasi,” terangnya.

Sementara itu, Kepala BPDASHL Krueng Aceh, Ali Totop Nasution menyebutkan, bencana tsunami yang melanda Aceh pada 2004 silam menyebabkan banyak pohon mangrove rusak dan hanya tersisa sebagian saja.

“Kondisi pantai Aceh paska tsunami, banyak pohon mangrove yang mati diterpa tsunami bahkan hanya sebagian kecil yang tersisa,” sebutnya.

Bahkan sejak 2007 lalu, pihaknya rutin melakukan rehabilitas terhadap mangrove dan juga perbaikan kawasan hutan mangrove.

“Sejak 2007, kami telah memperbaiki hutan mangrove dan menanam bibit kembali tapi karena kondisi alam dan masih banyak pasir jadi tinggkat pertumbuhannya kurang,” terangnya.

Meski demikian, pihaknya juga telah melakukan penanaman pohon mangrove yakni Aksi Mangrove sepanjang 350 hektare mulai dari Kawasan Lamnga, Aceh Besar sampai Alue Naga, Banda Aceh.

“Padahal sudah direhab sejak 2007, tapi sekarang hanya sedikit yang tersisa. Angka kematiannya juga masih tinggi,” jelasnya.

Salah seorang mahasiswa Unsyiah, Muhammad Asra, mengatakan penaman pohon manggrove sebagai bentuk kepedulian para mahasiswa terhadap warga di pesisir pantai. Selain itu, penanam manggrove juga merupakan progam mahasiswa menjaga lingkungan sekitar kampus.

“Keterlibatan mahasiswa dalam acara seperti ini penting, untuk menambah kecintaan mahasiswa terhadap kelestarian alam. Dengan adanya penanaman pohon mangrove diharapkan dapat menangkal bencana seperti ketika terjadi pasang tinggi dilautan,” pungkasnya.

Sementara itu, penanaman sebanyak 1.500 bibit pohon mangrove  juga dilakukan di Gampong Lambadeuk, Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar. Begitu juga sebanyak 12 ribu batang mangrove ditanam di Gampong Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa dan Gampong Lampulo, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh.

Dari  pantauan, para mahasiswa dan masyarakat setempat terlihat bahu membahu dalam melakukan penanaman pohon mangrove sebagai upaya mengantikan pohon mangrove yang telah habis di sapu ombak tsunami pada tahun 2004 silam. (Ferdian)