Negeri Fansur Kota Tua Islam di Aceh Besar yang Hilang

Arkeolog independen dan peneliti situs-situs sejarah di Sumatera E.Edwards McKinnon menjadi pembicara dalam seminar nasional, Aceh pusat peradaban Islam terawal di Asia Tenggara, di kampus UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Senin (17/2). (Foto/ Rudi Loca)

AV-Banda Aceh: Arkeolog independen dan peneliti situs-situs sejarah di Sumatera E.Edwards McKinnon menyebutkan, Fansur dan Lamuri merupakan sebagai kota tua Islam yang berada di kawasan Aceh Besar yang telah hilang.

Menurutnya, Negeri Fansur merupakan suatu pelabuhan purba yang menonjol dan termasyur. Namanya muncul dalam teks kuno Cina, Arab, Melayu, India, Armenia, Portugis dan Belanda. Namun, pada abad ke-14 nama Negeri Fansur menghilang karena gempa dan tsunami.

“Hasil penelitian kami, lokasi Fansur berada di Lhok Pancu atau Lhok Lambaroneujib beberapa kilometer sebelah barat Kota Banda Aceh. Lokasi ini sesuai dengan tulisan Arab dari abad ke-9, di mana mereka menyebutkan Fansur dan Lamuri berdekatan,” kata E.Edwards McKinnon dalam seminar nasional yang mengangkat tema, Aceh pusat peradaban Islam terawal di Asia Tenggara di UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Senin (17/2).

Menurut E.Edwards, pada umumnya para peneliti beranggapan bahwa Fansur sebagai pelabuhan purba yang ramai telah menghilang pada abad ke -14 atau ke -15.  “Sekarang kita tahu ada dua tsunami purba tahun 1390 dan 1450 yang telah menghantam pantai Aceh Besar,” katanya.

Selain itu, ada beberapa situs purbakala masa menengah yaitu antara abad ke 11 dan ke-16 sepanjang pantai di antara Ujong Pancu dan Krueng Raya, Aceh Besar. Sebagian situs tersebut telah terkikis ombak air laut, termasuk Negeri Fansur dan beberapa permukiman purba dan pertahanan masa kesultanan yang terletak di pantai Aceh Besar.

Seminar nasional Aceh pusat peradaban Islam terawal di Asia Tenggara digelar dalam rangkaian Kenduri Kebangsaan 2020 di Kabupaten Bireuen yang digagas Yayasan Sukma Bangsa, Forum Bersama DPR dan DPD RI asal Aceh untuk membangun kembali semangat keacehan, keislaman, dan keindonesiaan. Kegiatan ini juga bertujuan sebagai pemersatu seluruh elemen masyarakat Aceh.

Dua pembicara lain merupakan Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Azyumardi Azra dan Guru Besar UIN Ar-Raniry Misri A.Muchlisin yang memaparkan sejumlah bukti-bukti sejarah peradaban Isam di Asia Tenggara yang asal mulanya lahir dari Kerajaan Pereulak dan Samudra Pase.

Seminar juga dihadiri Ketua Forbes Anggota DPR dan DPD-RI asal Aceh, M. Nasir Jamil, anggota DPD- RI Fadhil Rahmi, Direktur Sekolah Sukma Bangsa Pidie, Marthunis Bukhari, serta Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN AR-Raniry, Fauzi Ismail. (Mul)