Menikmati Sensasi Grand Canyon di Pedalaman Pidie

Lokasi wisata Lingkok Kuwieng di pedalaman Kabupaten Pidie, Aceh.

Rinai hujan turun, saat kami memasuki kawasan pasar Padang Tiji, Kabupaten Pidie. Tiba di pasar Padang Tiji, yang tepat di pinggir jalan raya lintas Banda Aceh-Medan, kami harus menyiapkan bekal makanan atau minuman sebelum menuju ke Lingkok Kuwieng. Bekal ini wajib ada, karena lokasi tersebut jauh dari permukiman dan sulit menemukan warung makanan.

Ya, kami akan menyusuri lokasi wisata yang jalur tempuhnya cukup ekstrim. Warga setempat sering menyebutnya dengan nama Uruek Meuh atau lubang emas. Bagi sebagian orang, nama Lingkok Kuwieng tentu masih asing. Wajar saja lokasi ini berada di pedalaman Kecamatan Padang Tiji, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh.

Lingkok Kuwieng telah menjadi salah satu lokasi wisata yang banyak dikunjungi wisatawan. Bukan tanpa alasan, lokasinya yang menyerupai grand canyon atau tebing – tebing besar yang terbentuk oleh aliran sungai seakan anda tidak percaya, lokasi ini ada di Aceh.

Untuk menuju ke Lingkok Kuwieng, Anda harus menempuh perjalanan sekitar dua jam dari Kota Banda Aceh menuju ke Kecamatan Padang Tiji.

Untuk tiba di lokasi, kami harus menempuh perjalanan sekitar 20 kilometer ke Desa Pulo Hagu, Kecamatan Padang Tiji, Kabupaten Pidie. Sepanjang perjalanan, kami melewati desa dan rumah-rumah penduduk yang membelah rimbunan hutan. Kami berhati-hati dan perlahan dengan jalan bebatuan serta naik turun bukit.

Saat kami datang, belum ada akses jalan aspal. Ke lokasi hanya dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda motor. Setelah sampai di Desa Pulo Hagu, kami memarkirkan sepeda motor di kebun warga.

Namun, sebelum ke lokasi, pengunjung juga harus melapor ke warga desa setempat. Dengan ramah mereka akan menyambut kedatangan kami. Setiap pengunjung akan dikutip biaya sebesar Rp5000 per orang. Selain itu, wisatawan juga harus membayar upah pemandu sebesar Rp150.000 untuk sekali jalan.

Kami harus berjalan kaki sekitar 20 menit melewati hutan untuk mencapai lokasi. Rasa lelah selama perjalanan seketika hilang saat tiba di lokasi.

Pemandangan indah yang tak pernah terbayangkan sebelumnya tersajikan. Grand canyon ada di depan mata. Sungguh luar biasa indahnya ciptaan tuhan.

Ngarai tebing terjal terpahat indah di sepanjang sisi sungai. Bertahtakan bebatuan ciamik yang terbentuk secara alami salama ratusan tahun dan menjadikan sebuah fenomena unik yang sungguh menawan.

Di tengahnya, mengalir air yang yang jatuh dari balik bebatuan besar. Sungai kecil terbentuk mengalirkan air nan jernih hingga ke hilir. Hawa sejuk menusuk menembus pakaian.

Air terjun di lokasi wisata Lingkok Kuwieng

Satu persatu dari kami melompat ke dalam genangan air di antara bebatuan besar. Bergeser ke pinggir sungai, menikmati sensasi pijatan dari air yang tumpah dari atas. Mengulangi melompat dari tebing bebatuan besar memberikan sensasi tersendiri.

“Lokasinya benar-benar indah. Airnya juga begitu segar, luar biasa kawan!” kata Sayed Jamaluddin yang ikut berwisata ke Lingkok Kuwieng.

Bagi Sayed, ini merupakan kali pertamanya Ia menuju ke Lingkok Kuwieng. Ia tertarik menjamah lokasi wisata tersebut setelah mendengar cerita dari rekannya yang sudah pernah berkunjung ke lokasi ini sebelumnya.

Pengunjung lain, Faldi juga menyampaikan hal senada. Dia telah mempersiapkan bekal dan waktu yang tepat untuk bisa mengunjungi tempat wisata tersebut.

“Saya taunya tempat ini belum ada fasilitas apapun, tetapi sudah banyak orang datang ke sini,” katanya.

Niatnya semakin bulat, ketika melihat eksostisnya foto-foto dan video yang beredar di media sosial tentang Likoek Kuwieng. Bahkan dia tak menyangka keindahan wisata ciptaan tuhan juga dapat ditemukan di kabupaten yang terkenal dengan Kerupuk Mulieng ini.

Menurut warga setempat Lingkok Kuwieng sudah ada sejak lama. Bahkan mungkin ratusan tahun yang lalu. Warga setempat mengenalnya dengan sebutan Uruek Meuh atau lubang emas. Nama ini merujuk pada isi sungai tersebut yang mengandung biji emas.

“Menurut cerita orang tua kami dulu, di sini banyak emas. Karena sering terjadi banjir, sudah tidak ada lagi (biji emas),” kata Joi, seorang pemuda setempat yang ikut ke lokasi sebagai pemandu.

Masyarakat setempat juga sering menyebutnya Angkop Kuwieng. Angkop dalam bahasa Indonesia disebut ‘rawa’, sedangkan Kuwieng berarti ‘bengkok’, yang merujuk pada patahan sungai tersebut.

Lokasi ini sebelumnya juga menjadi tempat peristirahatan bagi warga setempat yang berladang di kawasan tersebut. Namun, baru pada pertengahan tahun 2014 lokasi ini tercium di kalangan para pecinta alam.

“Biasanya hanya anak Pramuka, anak Mapala yang datang kesini,” kisah Joi.

Benar saja, keberadaan Lingkok Kuwieng menjadi viral pada tahun 2015, setelah beberapa foto dan video beredar di media sosial. Setelah itu, pengunjung pun meningkat. Namanya juga mulai berubah menjadi Lingkok Kuwieng.

Menurut Joi, Lingkok Kuwieng merupakan nama pemberian wisatawan yang mulai ramai mengunjungi lokasi itu.

“Tidak tahu kenapa orang-orang sekarang menyebutnya Lingkok Kuwieng. Kalau kami di kampung menyebutnya Angkop Kuwieng,” lanjutnya.

Tidak terasa hari mulai gelap. Untuk menghabiskan malam di sana, pengunjung bisa mendirikan tenda di atas tebing-tebing batu dan merasakan sensasi bermalam di tengah alam liar. Jangan lupa membuat api unggun, agar menurunkan suhu malam yang menusuk sampai ke tulang.

Selain bekal yang dibawa, pengunjung juga bisa mencari ikan di sungai ini dengan memancing. Terdapat beberapa jenis ikan yang bisa dipancing dan dibakar. Luar biasa ini akan menjadi sebuah pengalaman tersendiri ketika menikmati keindahan malam bermusikan alam liar.

Aliran sungai di lokasi wisata Lingkok Kuwieng

Berwisata ke Lingkok Kuwieng akan menjadi pengalaman adventure tersendiri. Rasa lelah saat menempuh perjalanan ke lokasi langsung hilang seketika.

Kami seakan ingin terus berlama-lama di lokasi ini. Udara sejuk akan membuat pengunjung semakin betah. Suara kicau burung dan binatang di alam liar yang jarang terdengar, itu semua ada di Lingkok Kuwieng.

Kami mengabadikan keindahan alam Lingkok Kuwieng dengan kamera. Berwisata ke lokasi ini akan menjadi pengalaman yang sulit kami lupakan.

Keberadaan lokasi wisata Lingkok Kiwieng kini sangat besar manfaatnya dirasakan oleh masyarakat Desa Pulo Hagu. Kunjungan wisatawan yang semakin ramai setiap hari libur menjadi pemasukan warga desa setempat terutama kalangan pemuda yang menjadi pemandu wisata.

“Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat saat ini bisa menambah aset desa. Kegiatan pemuda juga bertambah dengan adanya lokasi wisata,” kata Hanif, Kepala Desa Polo Hagu.

Tertarik mengunjungi lokasi wisata Lingkok Kuwieng di pedalaman Kabupaten Pidie? Segera atur jadwal dan susun rencana bersama teman-teman untuk menghabiskan akhir pekan di alam dengan nuansa yang masih asri.

Tips Berwisata di Lingkok Kuwieng

  • Pantaulah cuaca terlebih dahulu, dan jangan memaksa untuk datang ketika cuaca tak bersahabat.
  • Sebaiknya bawa kendaraan roda dua, karena mobil tidak akan bisa melalui medan menuju ke Lingkok Kuwieng.
  • Berhati-hatilah ketika menuju ke lokasi, karena jalan yang ekstrim dan menanjak.
  • Bawalah perbekalan logistik seperti makanan dan minuman sebelum bertolak ke lokasi.
  • Jika anda memilih bermalam di lokasi, bawalah tenda dan perlengkapan memasak, senter, matras, sleeping bag, dan lain-lain.
  • Bawalah pancing, karena di lokasi Anda bisa memancing ikan sungai.
  • Jagalah kebersihan di lokasi wisata, dan bawa pulang sampah agar tidak mengotori tempat wisata.
  • Jagalah kelestarian tempat wisata, dan jangan mencorat coret dinding tebing.
  • Berdoalah agar liburan Anda berjalan sesuai rencana
    (Ferdian)

Berita Lain: