Kawanan Gajah Masuk Permukiman Warga di Pidie

Aziz (30) dan Winggo (30) gajah jinak sedang bermain di kawasan Conservation Response Unit Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya, Rabu (27/7). Sebanyak empat ekor gajah digunakan untuk mengantisipasi konflik antara gajah liar dan manusia serta menjaga kelestarian hutan kawasan itu dari ancaman pembalak hutan dan pemburu satwa liar secara ilegal.

AV – Pidie: Warga Desa Lala, Kecamatan Mila, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, resah dengan keberadaan kawanan gajah yang masih berkeliaran di perkebunan. Bahkan, merusak sejumlah tanaman produktif milik warga setempat, Senin (9/1).

Kawanan gajah yang diperkirakan mencapai puluhan ekor itu kian menghantui warga sehingga tidak bisa beraktivitas normal. Apalagi, sebelumnya, gajah-gajah itu sempat berkeliaran di sepanjang hutan selama sebulan lalu.

Salah seorang warga Desa Lala, Bakhtiar mengatakan belasan kawanan gajah liar memasuki perkampungan sejak sepekan lalu. Selain membuat resah warga, keberadaan gajah juga mulai merusak perkebunan warga.

“Konflik gajah di kawasan perkebunan Lala belum tertangani dengan baik, pasalnya dalam sepekan ini warga di Desa Lala merasa takut dengan gajah liar yang sudah memasuki dalam perkampungan. Kemarin sudah diusir dengan marcon tapi belum berhasil,” katanya.

Sebulan lalu, gajah liar itu sudah digiring untuk kembali ke habitatnya oleh tim ranger dan CRU Kecamatan Mane. Akan tetapi, kawanan gajah liar itu kembali lagi untuk merusak sejumlah tanaman produktif milik warga.

“Tanaman kami dirusak seperti pisang, pohong pinang, pohon kelapa dan rambutan. Sedangkan tanaman lainnya tidak diganggu. Gajah sempat digiring menjauh dari permukiman tapi kembali lagi,” sebutnya.

Warga berharap, pemerintah segera menangani konflik gajah yang terjadi di Lala dengan serius. Selain merugikan warga akibat dirusak tamanan juga dapat mengancam keselamatan warga.

“Saat ini gajah sering berkeliaran disekitar permukiman warga. Kami merasa takut dengan kondisi seperti ini jadi pemerintah segera menanganinya dengan serius,” sebutnya.

Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Pidie, Amiruddin turun langsung ke lapangan meninjau lokasi kebun warga yang dirusak kawanan gajah liar di Gampong Tuha Lala, Kecamatan Mila, Minggu kemarin.

Ia mengaku sangat kewalahan menangani persoalan gajah liar yang berkeliaran sepekan ini. Selain merusak tanaman produktif warga di perkebunan, kawanan gajah itu juga sudah mulai memasuki kawasan perkampungan warga.

“Kami memang kewalahan dalam persoalan gajah di Lala Bahkan untuk mengusirnya, warga menggunakan alat seadanya, kami hanya sediakan mercon untuk warga yang bekerja di lapangan,” terangnya.

Pihaknya juga berharap, adanya bantuan dari Pemerintah Aceh, guna turun dalam menangani persoalan konflik gajah itu. Seharusnya ada tim untuk menangani gajah liar dan Pemerintah Pidie juga mempersiapkan ranger gajah.

“Pemerintah segera membangun collective reserve unit (CRU) di kawasan Lala untuk mengatasi gajah liar tersebut. Konflik gajah di kawasan ini kerap terjadi bahkan sudah menjadi langganan, hal tersebut diakibatkan habitat gajah sudah terganggu,” jelasnya.

Dari Pantauan, selain Sekda Pidie, unsur Muspika Kecamatan Mila juga ikut turun ke lapangan untuk membantu warga mengusir gajah. Sedangkan pihak keamanan dari kepolisian dan TNI juga melakukan pengamanan sekaligus menghalau warga yang tidak berkepentingan agar tidak berdekatan dengan lokasi.

Di lain kesempatan, Koordinator Conservation Respon Unit (CRU) Mane, Hasballah menjelaskan, selain beberapa kelompok gajah liar yang ada di Mane, kelompok gajah juga merusak kebun warga di Geumpang dan Mila.

“Itu kawanan gajah yang sama. Kawanan itu sulit digiring ke hutan dikarenakan posisi gajah yang telah berpencar, sehingga harus dikumpulkan kembali menjadi satu kelompok,” sebutnya

Menurutnya, kendala lainnya ialah posisi kebun warga yang berdekatan dengan kawasan hutan menjadi penyebab utama kawanan gajah bertahan di lokasi tersebut.

“Kebun dan sawah dekat hutan, gajah kalau sudah dapat makanan agak sulit untuk berpindah kecual stok manakan sudah habis. Kami sudah mengerahkan pasukan Mahout dan Ranger dibantu warga setempat, karena posisinya gajah sudah berpencar membentuk kelompok baru, makanya sulit untuk digiring,” pungkasnya.(M Ali)