BPBA Ingatkan Aceh Rawan Bencana Banjir

Warga menyelamatkan harta benda ke atas perahu saat banjir mengenangi permukiman. Bencana banjir yang sering terjadi di Provinsi Aceh dipengaruhi oleh curah hujan yang tinggi dan faktor-faktor kerusakan lingkungan. (foto/dok; ferdian ananda)

AV – Banda Aceh: Bencana banjir yang sering terjadi di Provinsi Aceh dipengaruhi curah hujan yang tinggi dan faktor kerusakan lingkungan seperti kurangnya daerah resapan air, maupun sarana dan prasarana lingkungan yang kurang berfungsi dengan baik.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Said Rasul, (9/1) mengatakan, semua daerah di Aceh saat ini rawan dan rentan dilanda bencana, khususnya banjir.

“Semua daerah rawan bencana banjir. Kecuali wilayah Aceh bagian tengah. Namun, bencana longsor juga patut diwaspadai disana,” katanya.

Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) juga memetakan terdapat 19 daerah yang membutuhkan perhatian khusus karena berada di bawah ancaman bencana banjir. Sedangkan potensi longsor dan banjir bandang di Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues.

“Selain wilayah yang berada di pesisir. Beberapa daerah dataran tinggi yang ada di Aceh juga rawan terjadi bencana banjir, yakni bencana banjir bandang. Sehingga masyarakat harus selalu waspada dan senantiasa siap siaga,” terangnya.

Ia menjelaskan, penyebab banjir yang terjadi di beberapa kabupaten awal tahun ini, disebabkan intensitas hujan yang sangat tinggi. Sehingga mengakibatkan banjir genangan.

“Banjir di beberapa daerah ini namanya banjir genangan. Penyebab banjir secara umum karena intensitas hujan yang tinggi,” paparnya.

Ia menambahkan, penyebab banjir lainnya ialah karena sungai-sungai yang ada di Aceh tidak berfungsi normal. Bahkan sudah mengalami pendangkalan sehingga tidak mampu menampung debit air.

“Semua sungai di Aceh ini perlu di normalisasi. Karena sedimennnya sudah melebihi ambang batas. Artinya sudah dangkal semua. Jadi kalau tempat menampungnya sudah dangkal dan kecil, begitu ada curah hujan yang lebat pasti akan menimbulkan banjir,” tuturnya.

Selain itu, kerusakan hutan dan lingkungan juga ikut mempengaruhi terjadinya bencana banjir. Karena fungsi hutan guna penyerapan air hujan sudah tidak normal.

“Kerusakan hutan juga mempengaruhi terjadinya banjir. Pohon-pohon yang dulu mampu menyerap air hujan, kini telah dirusak sehingga tidak berfungsi sebagaimana mestinya,” ujarnya.

Oleh karena itu, jika terjadi bencana yang yang harus diutamakan adalah keselamatkan. Ia berharap masyarakat harus belajar dan memahami bencana banjir.

“Utamakan keselamatan jiwa, diri sendiri, anak-anak, keluarga dan tetangga. Dalam sebuah bencana yang paling dihindari adalah korban jiwa. Itu jadi nomor satu. Saya berharap kepada masyarakat dapat menjadikan banjir ini sebagai guru, untuk menghadapi bencana selanjutnya,” pungkasnya. (M Ali)